Lusiana Natali Simanjuntak,
,

Jumat, 03 Mei 2013

Warna-Warni Hidupku



           
            Dilahirkan di keluarga beradatkan batak merupakan hal yang saya banggakan, kenapa demikian? Karena adat batak terkenal dengan solidaritasnya,  apa lagi kalau sudah bertemu dengan yang satu marga, itu sudah pasti jadi saudara meskipun baru pertama bertemu cenderung langsung akrab seperti bertahun-tahun sudah kenal. Saya memiliki Seorang Ayah berinisial M, dan ayah saya hanya memiliki satu istri berinisial R, mereka dikaruniai empat buah hati, dan saya adalah anak kedua dari empat bersaudara, lahir di bekasi tepat pada tanggal satu juli sembilan dua. Memiliki kakak wanita yang hanya selisih satu tahun dengan saya tak mengurangi rasa hormat saya, meskipun pertengkaran sering terjadi dan itu adalah hal biasa dalam persaudaraan. Saya juga memiliki seorang adik perempuan, yang kini duduk di bangku SMA kelas 3, sebentar lagi alumni SMA dan calon Mahasiswa,amin. Yang terakhir adalah adik laki-laki, walaupun dia paling kecil, namun tidak ada rasa manja atau kekanak-kanakan kepada orang tuanya, umurnya 14 tahun dan dia segera tamat dari SMP dan melanjutkan ke SMA atau mungkin SMK. Lusiana merupakan nama yang simple namun memiliki sejarah dihidup ayah saya, konon katanya dia memiliki seorang teman cantik, rambut panjang, pintar dan baik di sekolahnya, dan entah bagaimana jadinya, itulah nama yang diberikan kepada saya, anaknya yang kedua ini, walau mungkin tidak sesuai harapan, namun bukan berarti mengecewakan, hehehe.
Pada Tahun 1997, Pendidikan saya diawali  dengan Taman Kanak-Kanak dibekasi, tepatnya di TK Pelita Emas, yang kini telah berganti yayasan dan menjadi TK Dian Karunia. Kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 yang menjadikan krisis moniter membuat saya dan keluarga harus meninggalkan bekasi, dan pindah ke daerah karawang, Jawa Barat tepatnya di kecamatan Klari. Saya melanjutkan pendidikan di SDN 1 Karang  Anyar. Setelah lulus dari tingkat dasar, berlanjut ke tingkat SMP dengan nama sekolah SMPN 2 Klari, di masa-masa sekolah menengah ini, saya selalu menjadi runner-up berturut-turut, sedikit kecewa namun banyak mengucap syukur. SMP berlalu dan mulai ke tingkat SMA banyak pengalaman yang menegangkan dimasa-masa ini, di bangku kelas 1 belum terasa ketegangannya, dan tiba duduk di kelas  2, suasana berubah ketika seorang guru matematika killer berinisial A mulai mengajar, menegangkan sekaligus menakutkan . Pada saat dia mengajar, tidak boleh ada suara, memegang pulpen apalagi mengantuk, lebih parahnya lagi ketika pertanyaan di lontarkan dan tidak bisa dijawab, siswa itu harus keluar dari kelas. Pengalaman yang menyedihkan saat dia memberikan tugas, saya mengerjakannya sendiri di rumah, dan yang lain melihat tugas saya alias nyontek, namun ketika dia berkeliling dan tiba di meja saya, saya di suruh keluar karena dia mengganggap saya mencontek, bukan hanya saya yang dikeluarkan, tapi setengah penghuni kelas 2IPA3 di usir dari kelas. Suatu saat dia memberikan soal yang sama dengan PR, ketika teman saya dipanggil untuk mengerjakan hampir 15 menit dia hanya berdiri tanpa melakukan sesuatu dan akhirnya dia bertanya dalam bahasa sunda, “Geuningan maneh teu bisa ngerjakeun soal ti PR, meunang tisaha eta PR?”, artinya “ Masa kamu gak bisa ngerjain soal dari PR, dapet dari mana itu PR?”,  terus sambil ketakutan dia menjawab, “Meunang ti Lusiana, Pak”, dan mata tajam guru itu terarah pada saya sambil berkata, langsung di terjemahin saja ya, begini “Kamu tau gak, kamu sama saja dengan pengedar narkoba, yang bikin orang ketagihan nyontek, dan gak mau belajar”, kalimat yang dicampur dengan kata-kata kasar membuat saya tersentak, dan sempet kesal juga kepada teman yang bilang hasil tugas dia dari saya. Bahkan mulai hari itu, untuk memberikan jawaban rasanya tidak berani lagi, kecuali jika dia bertanya, dengan senang hati saya ajarkan. Selang beberapa hari kemudian, kelas saya membuat ulah yang akhirnya guru itu gak mau masuk, dan  sebagai ketua kelas saat itu saya membuat surat pernyataan dengan tanda tangan diatas matrai 6000, sepertinya berlebihan sekali guru itu. Namun, guru itu mengajarkan arti kejujuran dan kedisiplinan, itulah ilmu yang paling berharga dari seorang guru.
            Untuk hal kejujuran dan kedisiplinan rasanya kurang terlihat di negara kita, terlebih untuk hal kejujuran. Menjadi seorang yang dipercayakan oleh banyak orang memimpin merupakan hal yang tidak mudah, terbukti banyaknya kasus korupsi di tanah air tercinta, hal ini sempat membuat saya tertarik untuk menjadi salah satu pemimpin di pemerintahan. Ingin rasanya saya mengajarkan kepada mereka arti dari sebuah kejujuran. Membuat video tentang penderitaan orang diluar sana, yang haknya di ambil oleh mereka yang tidak bertanggung jawab. Namun tujuan terpenting dalam hidup saya adalah membuat lapangan pekerjaan bagi mereka yang memiliki jiwa kejujuran dan kedisiplinan yang tinggi,bukan lagi test akademik yang menjadi prioritas, namun kejujuran dan kedisiplinanlah yang akan menentukan, karena orang pintar sekalipun belum tentu memiliki jiwa kejujuran. Mungkin saat ini belum terbayangkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, namun tidak ada salahnya untuk memiliki cita-cita seperti itu.
Dimana ada cita-cita, tidak lupa untuk membicarakan tentang hobby. Dalam kehidupan, tidak semua orang yang menyukai suatu hal akan pandai dan terlihat indah ketika melakukannya, hal itu terbukti dari hobby manusia, seseorang mengatakan dirinya hobby memancing, tapi bayangkan saja 1 hari memancing hanya mendapatkan 1 ikan sapu-sapu, sungguh menggelikan bukan?.heheheh. Lain lagi halnya dengan saya, memiliki hobby menyanyi namun belum ada orang yang berkata bahwa ia menikmati suara saya, yaa,, mungkin mereka malu mengatakannya atau mungkin suara saya mengganggu telinga mereka, entahlah. Pada dasarnya memiliki hobby apapun adalah hak manusia, jadi tidak ada larangannya selagi  masih dalam hal yang positif, kan tidak mungkin negara melindungi orang yang memiliki hobby membunuh. Selain suka menyanyi, saya juga gemar memainkan musik, tapi sampai sekarang kunci gitarpun belum semua saya hapal,hahahaha.
            Itulah sebagian dari warna-warni hidup saya, kini saya sudah menjadi seorang mahasiswi di Universitas Gunadarma, jika Tuhan menghendaki tahun ini memiliki gelar Amd, dan tahun depan akan menjadi Sarjana Komputer karena saya duduk di jurusan Sistem Komputer, saya bersyukur walau yang tadinya jurusan ini saya ambil karena ketidaksengajaan, namun saya mencintai jurusan saya. Dengan ketekunan dan pengharapan saya pada Tuhan, saat ini indeks prestasi saya tidak mengecewakan orang tua, bahkan saya bisa meringankan beban mereka dengan beasiswa prestasi yang saya terima tiap semesternya, itu bukan karena saya pintar karena dikelas saya banyak orangt-orang yang pintar bahkan jenius, itu semua merupakan sebuah anugrah yang tidak bisa diperoleh hanya dengan kepintaran.
            Lakukanlah segala sesuatu seperti melakukan untuk Tuhan, dan janganlah iri ketika oranglain melakukan kecurangan, milikilah rasa puas atas kebaikan Tuhan, itulah yang membawa kita kedalam kebahagian yang sesungguhnya. Terimakasih, Salam Sejahtera, Lusiana.